
Pembangunan pendidikan sebagai salah satu prioritas utama dalam agenda pembangunan nasional. Pembangunan pendidikan sangat penting karena perannyayang signifikan dalam mencapai kemajuan diberbagai bidang kehidupan. Namun ini tidak sepenuhnya dirasakan anak-anak yang bermukim di wilayah Karama dan Polio Kecamatan Kalumpang Mamuju
Dari berbagi alasan termasuk kehadiran penerus bangsa di desa tersebut, mereka belum mendapatkan pendidikan layak. Mereka belum terangkat kehidupan ekonomi dan sosialnya. Dari alasan ini, komunitas Mamuju Mengajar mendatangi kedua desa itu dan melakukan kegiatan bertajuk “Sharing is Caring” sejak 26 januari hingga 28 januari.
Dengan dukungan 20 relawan umum dan 13 relawan Polda Sulbar, tim bertolak dari Mamuju, Jmuat 26 Januari dengan menggunakan satu bus Damri, satu Toyota Double Cabin, Dua monil operasional milik polda Sulbar serta lima unit sepeda motor.
Para relawan menikmati keseruan perjalanan dengan keindahan alamnya sepanjang jalan. Namun terbilang hanya belasan kilometer dari jalan Trans Sulawesi (jalan poros) menuju Kalumpang kondisi jalan sudah mulai berlubang, bahkan tak beraspal. Belum lagi beberapa aliran anak sungai yang harus dilalui tanpa jempatan.
“Kalau ada yang mau hitung dari anak sungai pertama sampai terakhir, jumlahnya sekitar 23.” Ucap sang pengemudi Damri, Okto sambil menantang salah satu relawan.
Sekira enam jam perjalanan, tim di Bus Damri pun tiba di Kalumpang. Sementara kendaraan lainnya tiba lebih awal.
Dari kalumpang menuju Karama, tim harus menggunakan angkutan Kalotok (perahu) dengan mesin katinting double. Perjalanan ini ditempuh dengan jarak sepanjang 20 mil mengarungi sungai yang luas dengan batu-batu cadas yang menyembul. Ditepiannya penuh ditumbuhi hutan tropis dan hutan tanaman produksi, aneka jenis satwa liar mengurai mimpi tentang alam yang asri dan permai.
Disini sangat dibutuhkan keberanian, karena melintasi sungai yang meliuk-liuk sepanjang puluhan kilometer dan harus melawan arus. Belum lagi banyak bebatuan besar yang harus dihindari “sang motoris” ditengah derasnya suangai Karama.
Ketegangan sedikit berkurang, karena kita melalui sungai di antara pegunungan yang rindang, serta udaranya yang segar. Tapi dari empat kalotok yang digunakan relawan salah satunya mengalami masalah.
Salah satu mesin tiba-tiba mati saat berupaya melawan arus, sehingga kehilangan keseimbangan. Para relawan di kalotok itu was-was dan panic, tetapi Alhamdulillah , sang motoris berhasil menyalakan kembali mesinnya dan mampu menlanjutkan perjalanan.
“Hampirki tenggelam, karena tiba-tiba mati mesinnya. Baru saya tidak tahu berenang. Istigfar semuami teman-teman, apa sempatmi juga sedikit air”, cerita relawan dokumentator, Nurul Hulwa.
Hal yang sama diungkapkan relawan fasilitator, Darna yang ikut di atas kalotok itu. Tapi diakuinya perjalanan dari Mamuju menuju Kalumpang hingga Karama memang membutuhkan perjuangan.
“Sumpah tegang sekali tadi, pas mati satu mesinnya perahu. Apa hampir betulmi tenggelam. Tapi ini memang tantangan, niat kami baik, Insya Allah kami dijauhkan dari marabahaya. Kami ingib berbagi keceriaan dengan anak – anak di Desa Karama. Kami dating untuk menanamkan mimpi dan kami ingin melihat senyuman anak-anak di sini’” ungkap wanita berhijab ini.
Sampai di desa karama yang asri nan terpencil ini diperlukan waktu tempuh sekita tiga jam dari Kalumpang bila kondisi alam bersahabat. Dan di Karama kita langsung di sambut oleh masyarakat yang mayoritas penduduknya beragama Kristen penuh dengan keramah-tamahan dengan Bahasa dan dialek khasnya.
Gadis – gadis cantic berkulit putih bersih tanpa sungkan melepas senyum saat kita berjalan ketempat istirahat tim. Senyum kedamaian dan persahabatan, suatu pemandangan yang dapat mebuat betah berlama-lama di sini.
Malamnya, para relawan melakukan briefing masing-masing tim karena telah dibagi menjadi tiga tim. Tak terkecuali anggota polda Sulbar yang ikut dalam sharing is caring ini.
Menjadi sasaran sekolah diantaranya SD inpres Taman, SD Inpres Rantetapa dan SD Inpres Polio.
Dari tiga sekolah tersebut, SD Inpres Rantetapa dan SD Polio harus ditempuh dengan berjalan kaki sekira 10 kilometer, sementar tim yang bertugas di SD Inpres Taman hanya berjalan beberapa meter dari posko relawan.
Firdaus Paturusi – Relawan Mamuju Mengajar
*Catatan ini di sadur dari Radar Sulbar Edisi 30 Januari 2018