No comments yet

Ada Rindu yang Tak Usai di Bela Kopeang

Selasa 3 desember dini hari, saya baca chat grup WA “SIC#2 bela.kopeang”. Kami disuruh menuliskan cerita yang terkait dengan Bela-Kopeang minimal 3 paragraf dan disertai judul, dengan spontan saya buka applikasi catatan untuk menulis dan kuberi judul “ada rindu yang tak usai di bela-kopeang”.

Saya flashback dengan semua kejadian yang berkaitan bela-kopeang, sesekali saya senyum tersipu malu mengingat semua sambil ku putar lagu Andmesh yg terbaru “ku ingin dia tak ada yang lain” hingga ku repeat berkali-kali. Inginku ceritakan semua dari awal perjalanan Pasangkayu-Mamuju, bagaimana sopir meneriaki kondekturnya “cepat ko! Cari ko batu besar! Ta kancing i lagi” tak tahu ada apa dengan mobilnya, setiap pendakian kalimat itu slalu muncul.

Banyak hal yang ingin saya ceritakan dalam paragraf itu, mulai dari anak-anak yang tak tahu mana gambar Pulau Sulawesi, semangatnya mereka untuk belajar, kecerian mereka saat main ice breaking, naik mobil offroad keliling lapangan, keseruhan dari teman-teman relawan hingga kesedihan saat kita kelaparan dalam hutan.

Kembali kulihat HP ku, tak ada yang berubah dengan catatanku masih dengan kalimat “ada rindu yang tak usai di bela kopeang”, saya bingung bagaimana cara menulis cerita, bagaimana cara menulis kalimat yang bagus, saya tak jago dengan hal itu.

“Ya sudahlah sa tidur saja dulu, besok baru sa tulis cerita tentang Bela-Kopeang”
Sambil ku pejamkan mata “saya rindu mamuju, saya rindu Bela-Kopeang” ucapku dalam hati.

Nurjannah – Volunteer SIC Bela Kopeang

Post a comment